Laporan: Devi Alex | Kabupaten Bandung
KAB. BANDUNG, PATROLI — Dalam upaya mengatasi masalah limbah plastik yang semakin mengkhawatirkan, tim dosen dari Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) tengah mengembangkan inovasi produk yang diberi nama Eco- Paving.
Produk ini terbuat dari limbah plastik multilayer yang sulit terurai di lingkungan.
Inovasi ini didukung melalui hibah skema pengabdian kepada masyarakat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Menurut Fatma Nurkhaerani, salah satu dosen UNSIKA yang terlibat dalam proyek ini, ide untuk menciptakan Eco-Paving lahir dari keresahan akan banyaknya limbah plastik multilayer yang ada di masyarakat.
“Kami melihat bahwa plastik multilayer ini sangat sulit terurai dan menjadi masalah besar bagi lingkungan,” ujarnya.
Riset ini telah berjalan sejak 2022 dan kini memasuki tahun ketiga, hasil uji coba menunjukkan kekuatan Eco-Paving dari plastik multilayer sudah mendekati paving konvensional, meski belum mencapai 100% setara.
Proses pengembangan Eco-Paving melibatkan penelitian mendalam mengenai karakteristik limbah plastik multilayer.
Tim peneliti melakukan berbagai eksperimen untuk menemukan cara terbaik dalam mengolah limbah tersebut menjadi produk yang bermanfaat.
“Kami ingin menciptakan sesuatu yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai ekonomis,” tambah Fatma.
Eco-Paving diharapkan dapat mengurangi jumlah limbah plastik yang mencemari lingkungan. Dengan mengolah limbah plastik multilayer menjadi produk baru, tim ini berupaya untuk memberikan solusi yang berkelanjutan.
“Kami percaya bahwa setiap langkah kecil dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan,” kata Fatma, penuh semangat.
Kolaborasi antara UNSIKA dan ITB dalam proyek ini menunjukkan pentingnya sinergi antara institusi pendidikan tinggi dalam menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Kami saling melengkapi dalam hal pengetahuan dan sumber daya,”. ungkap Fatma.
Kerja sama ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi institusi lain untuk melakukan hal serupa.
Dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sangat penting dalam pengembangan inovasi ini. Hibah yang diberikan memungkinkan tim untuk melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
“Kami sangat berterima kasih atas dukungan ini, karena tanpa bantuan tersebut, proyek ini mungkin tidak akan terwujud,” jelas Fatma.
Dengan adanya inovasi Eco-Paving, tim dosen ini berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi limbah plastik di Indonesia.
“Kami ingin masyarakat lebih sadar akan pentingnya pengelolaan limbah plastik dan berpartisipasi dalam menjaga lingkungan,” kata Fatma.
Fatma juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam pengelolaan limbah.
“Kami berharap masyarakat dapat lebih aktif dalam memilah dan mengolah limbah plastik, sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan,” ujarnya.
Edukasi kepada masyarakat menjadi salah satu fokus dalam proyek ini.
Inovasi Eco-Paving bukan hanya sekadar solusi jangka pendek, tetapi juga merupakan langkah menuju pengembangan produk yang berkelanjutan.
Tim ini berkomitmen untuk terus melakukan penelitian dan pengembangan agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan lingkungan.
Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya melihat limbah plastik sebagai masalah, tetapi juga sebagai peluang untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat,” imbuhnya.
Pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam menciptakan inovasi yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Melalui proyek ini, UNSIKA dan ITB menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya tentang teori, tetapi juga tentang aplikasi nyata di lapangan.
Dengan adanya proyek Eco-Paving, masyarakat juga diberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan.
“Kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama berpartisipasi dalam mengurangi limbah plastik,” ajak Fatma.
Inovasi ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus berinovasi dalam menciptakan solusi bagi masalah lingkungan.
“Kami ingin anak-anak muda melihat bahwa mereka juga bisa berkontribusi dalam menjaga bumi,” tutup Fatma. ***














