Tirmidi: Saya Sudah Kehabisan Uang
CILACAP, Patrolikencana.com — Pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan perangkat Desa Karangtengah, Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap baru, yakni Kadus Karanganyar, Kaur Perencanaan dan Kasi Pelayanan telah berlangsung di Pendopo kantor desa tersebut, Senin (22/12/2025) lalu.
Namun dibalik keberhasilan dan kehidmatanya tersebut, mencuat suara sumbang dari Tirmidi, seorang pedagang es tung-tung keliling yang sekaligus orangtua Badriatul Mar’ati (Kadus Karanganyar).
Pernyataanya tersebut mengemuka di teras rumahnya, tatkala wartawan mengadakan pertemuan dengan ketiga perangkat terlantik, Kamis (25/12/2025).
Dengan suara lantang, Tirmidi menyatakan jika pasca-pelantikan, dirinya sudah tidak memiliki uang sepeser pun.
“Kemarin dari desa memberitahu kalau ada empat anggota LSM yang datang ke kantor dan desa meminta untuk menyiapkan uang, sehingga dengan berbagai cara, saya pun memberinya Rp.400 ribu. Saat ini kalian yang datang ke rumah, mungkin besok atau lusa akan datang orang lain lagi,” ungkapnya.
Tirmidi juga menegaskan jika dirinya sudah beberapa hari belakangan ini tidak berdagang keliling untuk menjual es tung-tung.
Lebih lanjut, ayah Badriatul Mar’iati menegaskan bahwa dirinya tidak ada urusan dengan birokrasi, pemberitaan dan segala macam profesi, sehingga tidak peduli lagi dengan siapapun yang datang.
Tentunya pernyataanya tersebut memicu tanda tanya publik, berapa uang yang telah dikeluarkan dan dialokasikan sampai kehabisan uang?
Setelah wartawan pulang, Kepala Desa Karangtengah, Suhartono SH menghubungi dan secara tegas menyatakan jika dirinya siap pasang badan untuk membela warganya.
“Saya siap mati untuk membela warga, sehingga siapapun yang berani membikin gaduh di desa, pasti akan dihadapi, termasuk wartawan sekalipun, yang akan dilaporkan ke Dewan Etik,” ujarnya.
Tentunya pernyataanya tersebut memicu reaksi keras dari berbagai wartawan karena dianggap liar dan tidak berdasar.
Kalau dianggap membuat kegaduhan, maka pertanyaanya adalah kegaduan apa yang telah dibuat wartawan di rumahnya.
Salah satu wartawan, Hadi Try Wasisto mengatakan saat dirinya bertemu dengan ketiga perangkat desa terlantik, wartawan hanya mengucapkan selamat, berdiskusi dan melakukan komunikasi dengan penuh kehangatan, keakraban, serta saling memberi masukan sekaligus menegaskan jika kedepan merupakan mitra kerja.
“Lantas atas dasar apa Hartono menuduh kami membuat kegaduhan? Mungkinkah hanya karena dipicu laporan sepihak dari Tirmidi yang mengada-ada dan melebih-lebihkan atau memang merupakan strategi yang sengaja dilakukan untuk menutup-nutupi sebuah rahasia besar yang disembunyikan? Sehingga statementnya terkesan begitu emosional dan jauh dari sikapnya yang proporsional, profesional dan akuntabel,” ujar Hadi.
Menurutnya, jika pun ada pengaduan dari warga, maka seharusnya dicros-cek dulu kebenaranya.
“Karena kalau boleh jujur, justru Tirmidi yang tidak sopan dan sangat tidak menghargai profesi wartawan. Ngomongnya sambil berdiri, hanya memakai sarung dan tidak berbaju, terlebih selalu bolak-balik keluar-masuk rumah dan terkesan antipati dengan profesi jurnalis,” katanya.
Sebagai pejabat, imbuh Hadi, mestinya jangan mudah terbius oleh lingkaran bangga yang membuatnya buta, apalagi sampai siap pasang badan membela warganya, padahal belum tahu pasti persoalannya. (Mbah Wasis)














